9.5.13
Bekerja itu kadang-kadang tak harus selalu sesuai dengan cita-cita atau jurusan yang kita pelajari di bangku kuliah. Mungkin awalnya kita memang berencana untuk bekerja pada suatu bidang tertentu yang menurut kita sesuai dengan bakat, minat, dan mimpi kita, misalnya menjadi pelukis, pemain piano, pemain sepak bola,  chef, dokter, atau guru. Selama masa-masa kuliah pun kita sering membayangkan bahwa kita nantinya, setelah lulus, akan bekerja di tempat yang sesuai dengan jurusan yang kita tekuni selama beberapa tahun tersebut. Namun, apakah kenyataannya selalu demikian? Tidak.

Dulu semasa kuliah, saya juga selalu membayangkan bahwa nantinya saya akan menjadi seorang penerjemah novel di sebuah penerbit. Saya tak pernah memikirkan hal lain yang lebih keren dan sesuai dengan cita-cita saya selain menjadi penerjemah novel. Namun, setelah lulus kuliah, saya baru memahami bahwa kadang-kadang kenyataan tak selamanya sesuai dengan apa yang kita cita-citakan.

Ketika saya sudah hidup di dunia yang benar-benar dunia, saya baru dapat melihat dengan jelas bahwa ternyata bayak orang di sekitar saya yang bekerja di bidang yang sama sekali lain dari apa yang mereka pelajari ketika kuliah. Misalnya saja adik tante saya, dia lulus dari fakultas pendidikan, namun sekarang dia bekerja di bank; lalu teman baik saya semasa SMA, dia lulus dari fakultas teknik, tapi nyatanya dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan finansial; kemudian saudara sepupu saya, dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan pengolah bahan makanan meskipun sejatinya dia lulusan jurusan pendidikan teknik mesin. Itu belum semua, masih ada lagi kakak tingkat saya di jurusan yang sama dengan saya kini bekerja sebagai staf administrasi di sebuah sekolah negeri; lalu ada pula teman sekelas saya semasa kuliah yang saat ini menjadi customer service di sebuah operator selular; dan masih banyak contoh-contoh lain yang jika saya sebutkan semua, akan membuat jari-jari saya kram.
2.5.13


Bagi orang seperti saya, yang memakai bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari, mungkin artikel di bawah ini akan sangat menarik. Tentu saja karena artikel di bawah ini menunjukkan bahwa bahasa Jawa itu lebih canggih daripada bahasa Inggris. Lebih canggih? Iya, karena bahasa Jawa memiliki kosa kata yang tidak ada persamaannya di bahasa Inggris, dan harus diparafrase untuk menyampaikan maksudnya. Canggih bukan? Diam-diam saya jadi sangat bangga menjadi salah satu pengguna bahasa Jawa, meskipun sejatinya saya lulusan Sastra Inggris, hihihi.... Semoga menghibur :D
  1. Walk slowly on the edge (side) of the road: MLIPIR
  2. Falling backward and then hit own head: NGGEBLAK
  3. Falling/tripping forward (and may hit own face): KEJLUNGUP
  4. Smearing one’s body with hot ointment or liquid and then massaging it: MBLONYOHI
  5. Got hit by a truck that moving backward: KUNDURAN TRUK
  6. Hot pyroclastic cloud rolling down a volcano: WEDHUS GEMBEL
  7. A small, sharp thing embedded inside one’s skin: KESUSUBEN
  8. Things getting out from a container accidentally because of gravity: MBROJOL
  9. Get hit by thing collapsing on top of one’s head/body: KEMBRUKAN
  10. Drinking straight from the bottle without using glass, where the whole bottle tip gets into the mouth: NGOKOP
  11. Difficult to open eyes because something is shining very bright: BLERENG
  12. Hanging on thightly to something in order to be inert: GONDELAN
  13. Being overly active carelessly with eyes opened wide: PECICILAN
  14. Releasing ‘wind’ from the body thru a coin drawn across the back skin’s surface: KEROKAN
  15. Finding by accident something good or useful without looking for it: NDILALAH
  16. Expression or gesture due to a sudden appearance (of something): MAK JEGAGIK
  17. Very surprise of an unexpected experience: NJENGGIRAT
  18. Water come out from the mouth uncontrollably: NGENCES
  19. Doing something nonchalantly with your finger: UTEK-UTEK
  20. Doing a lustful ‘raid’ to a lovely lady: NGUWEK-UWEK

sumber: kaskus




19.4.13

Untuk yang kesekian kalinya, saya menonton ulang Harry Potter and the Chamber of Secrets (2002). Saya tak ingat kapan terakhir kali menontonnya sebelum ini, karena sudah sangat lama, entah sudah berapa tahun yang lalu. Meski dulu saya sudah berkali-kali menontonnya, hari ini saya masih sangat menikmati film yang disutradarai oleh Chris Colombus tersebut. 

Rasanya seperti bernostalgia dengan masa kecil saya ketika melihat Harry, Ron, dan Hermione masih imut-imut di film tersebut. Sungguh sulit untuk percaya bahwa mereka dulu pernah seimut itu; tentu saja karena mereka sekarang sudah dewasa dan sama sekali tak ada imut-imutnya. Wajah imut mereka begitu familiar, seakan-akan sudah seperti wajah teman-teman lama saya sendiri. Dan hari ini, saat melihat wajah mereka lagi, ada rasa haru yang tak dapat dijelaskan, seperti ketika kita bertemu dengan teman-teman di masa kecil kita yang sudah lama menghilang. Dan di sinilah seolah-olah saya bernostalgia dengan diri saya sendiri di masa kecil, yang sangat akrab dengan mereka bertiga (bahkan menganggap mereka sebagai bagian dari hidup saya).
14.4.13


Harun Al Rosyid

Hard to stay awake without thinking of you
Addicted to your presence, I guess
Ridiculously I ask Google where to find you
Undoubted answer is on Facebook, Google says
No time to waste, directly I go to Facebook homepage 

And there you are

Lovely profile picture of yours, makes me smile with tears

Realizing how much this longing is deepening
Our days together are treasured in my mind
So colourful with joy and sadness
You love me, don't you?
I do, you say
Don't ever think to leave me, I reply


11.4.13
Sekilas, dompet-dompet ini terlihat seperti benda biasa yang dapat ditemukan di toko aksesoris atau di mall. Terlebih lagi bagi mereka yang tak tertarik, dompet-dompet ini hanya akan terlihat seperti benda biasa yang entah fungsinya apa dan dapat ditemukan di mana saja. Namun seandainya dompet-dompet ini mampu bercerita, pastilah tak ada lagi yang akan menganggap dompet-dompet ini sebagai benda biasa.

Dompet-dompet dalam gambar di atas terbuat dari bahan 100% katun, memiliki warna yang beragam dan terlihat unik dengan sebuah bordiran bunga. Tunggu, tunggu, jangan Anda kira saya mengulas dompet-dompet ini karena saya ingin mempromosikan lalu menjualnya kepada Anda. Saya (dari palung hati yang terdalam) hanya ingin mengungkap kisah yang tersembunyi di balik dompet yang dibuat dengan tangan ini.

Dompet-dompet yang indah ini merupakan kerajinan tangan para perempuan di sebuah penampungan di Pakistan. Hasil dari penjualan dompet-dompet tersebut akan digunakan untuk membuat lapangan kerja tambahan  bagi perempuan-perempuan lain di penampungan itu. Tapi tahukan Anda, dari mana perempuan-perempuan di penampungan itu berasal? Dan mengapa mereka ada di penampungan?


Meskipun tidak berhubungan secara langsung dengan artikel saya sebelumnya tentang novel A Thousand Splendid Suns dan maknanya dalam hidup saya, artikel ini masih merupakan efek samping yang saya dapatkan setelah membaca novel tersebut beberapa tahun yang lalu. Ketika saya membaca apa yang ditulis Khaled Hosseini (penulis novel A Thousand Splendid Suns) di halaman Facebook The Khaled Hosseini Foundation, hati saya kembali terenyuh:
The majority of women in Afghan prisons have commited what the courts deemed as "moral crimes". These include refusing arranged marriage, running away from home or abusive marriage, marrying without family consent or attempted adultery. The recent documentary, "Prisoners of Tradition: Women in Afghanistan" brings the focus back on these women, these victim of an unjust system. 
http://www.youtube.com/watch?v=W0Q9n4gmJrY&list=PLDurT10mnRdBV2GJKTpwktutqDh9BX9C-
Kurang lebih seperti ini terjemahannya, "Sebagian besar tahanan perempuan di Afghanistan melakukan tindak pidana yang disebut "kejahatan moral" oleh pengadilan. Yaitu termasuk menolak perjodohan, melarikan diri dari rumah atau pernikahan yang penuh dengan kekerasan, menikah tanpa persetujuan keluarga atau mencoba melakukan perzinahan. Sebuah film dokumenter berjudul "Tahanan Tradisi: Perempuan di Afghanistan" kembali menyoroti tentang mereka, korban dari sebuah sistem yang berat sebelah."
2.4.13
Pendahuluan


Dosen pembimbing saya dulu pernah membuat sebuah kajian tentang hubungan antara puisi Kabul dan novel A Thousand Splendid Suns menggunakan teori interteks yang tertuang dalam jurnal Diglossia. Kali ini saya membuat kajian tentang novel A Thousand Splendid Suns dan efeknya dalam kehidupan saya. Kajian ini berbeda dengan kajian dosen pembimbing saya, karena kajian ini tidak menggunakan teori apapun, melainkan hanya sebuah bentuk lain dari curhatan pribadi (hahaha... :D).

Tentang Puisi Kabul

Kabul
Ah! How beautiful is Kabul encircled by her arid mountains
And Rose, of the trails of thorns she envies
Her gusts of powdered soil, slightly sting my eyes
But I love her, for knowing and loving are born of this same dust

My song exhalts her dazzling tulips
And at the beauty of her trees, I blush
How sparkling the water flows from Pul-I-Mastaan!
May Allah protect such beauty from the evil eye of man!

Khizr chose the path to Kabul in order to reach Paradise
For her mountains brought him close to the delights of heaven
From the fort with sprawling walls, A Dragon of protection
Each stone is there more precious than the treasure of Shayagan
Every street of Kabul is enthralling to the eye
Through the bazaars, caravans of Egypt pass
One could not count the moons that shimmer on her roofs
And the thousand splendid suns that hide behind her walls

Her laughter of mornings has the gaiety of flowersHer nights of darkness, the reflections of lustrous hair
Her melodious nightingales, with passion sing their songs

Ardent tunes, as leaves enflamed, cascading from their throats
And I, I sing in the gardens of Jahanara, of Sharbara
And even the trumpets of heaven envy their green pastures
Puisi tersebut merupakan karya Muhammad Ali Saib at Tabrizi, seorang penyair Iran yang hidup di abad 17 dan ditulis dalam bahasa Persia, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Josephine Davis dan ke dalam bahasa Indonesia oleh Berliani Nugrahani. Dalam puisi yang berjudul "Kabul" tersebut Saib at Tabrizi menggambarkan keindahan Kabul kala itu yang telah membuat ia jatuh cinta. Terus terang, ketika membaca puisi ini, hati saya pun bergetar, walaupun mungkin tidak sehebat getaran yang dirasakan Saib at Tabrizi ketika menulis puisi ini.

Tentang  A Thousand Splendid Suns 

Pada tahun 2007, sebuah novel yang ditulis oleh Khaled Hosseini, seorang penulis berkebangsaan Afghanistan yang telah lama menetap di Amerika Serikat, dirilis. Dalam novel tersebut terdapat cuplikan puisi karya Saib at Tabrizi, yang juga menjadi judul novel tersebut,
One could not count the moons that shimmer on her roofsAnd the thousand splendid suns that hide behind her walls (Siapapun takkan bisa menghitung bulan-bulan yang berpendar diatas atap,ataupun seribu mentari surga yang bersembunyi di balik dinding).
Novel yang berjudul "A Thousand Splendid Suns" tersebut mengisahkan tentang perjalanan hidup dua perempuan Afghanistan di tengah hiruk pikuknya pemerintahan dan konflik yang berkecamuk di Afghanistan antara tahun 1960 hingga 2002.

penampakan novel A Thousand Splendid Suns

Sinopsis 

Novel ini berlatar belakang kehidupan Afghanistan selama masa-masa perang (1960-an sampai 2000-an). pada awal cerita ini, tokoh utamanya adalah seorang wanita bernama Mariam tetapi kemudian di pertengahan cerita, ada tokoh lain bernama Laila yang juga menjadi bagian dari tokoh utama.

Mariam adalah seorang gadis kecil yang merupakan harami (anak haram) dari seorang saudagar kaya bernama Jalil. Ibu Mariam sendiri dulunya adalah mantan pelayan di rumah Jalil. Tetapi karena masyarakat tidak mengakui adanya anak haram di dalam sebuah keluarga maka Mariam dan ibunya harus menyingkir dan memiliki kehidupan sendiri.


Jalil sering menjenguknya dan membawakannya hadiah-hadiah kecil. Jalil selalu menceritakan tentang keindahan kota Herat yang tidak pernah diinjak oleh Mariam, tentang gedung bioskop yang dimilikinya sampai bagaimana lezatnya sebuah es krim. Mariam begitu memuja Jalil sementara ibunya begitu membencinya. Mariam selalu berpikir bahwa Jalil menyayanginya. Sedangkan menurut ibunya, tak ada yang mau menyayanginya karena dia seorang harami. Hingga suatu hari Mariam minta dibawa oleh Jalil ke Herat untuk menjawab segala keingintahuannya tentang cerita-ceritanya, namun Jalil tidak mengijinkan. Tentu saja Jalil akan malu karena secara sosial, Mariam bukan anak yang diinginkan. Terlebih lagi Jalil sudah memiliki 3 orang istri sah.

Hingga pada suatu hari Mariam nekad untuk menemui Jalil walaupun tidak mendapat izin dari ibunya. Ternyata benar, Jalil memang tidak menginginkannyanya. Dia sangat menyesali keinginannya untuk datang ke Herat menemui Jalil. Terlebih lagi, kenekatan Mariam untuk menemui Jalil harus dibayar mahal. Sepulangnya dari sana, Mariam menemui ibunya tewas gantung diri.

Selepas kematian ibunya, Jalil membawa Mariam ke rumah mewahnya. Jalil dan istri-istrinya menjodohkan Mariam dengan seorang saudagar berumur 45 Tahun bernama Rasheed. Sementara saat itu umur Mariam masih 15 Tahun. Tanpa pilihan, dia akhirnya dipersunting oleh Rasheed dan dibawa ke Kabul. Disana, kehidupan pernikahan Mariam seperti neraka. Mariam harus menanggung siksaan dan perihnya luka fisik maupun luka batin yang disayatkan sang suami. Namun, ditengah-tengah penderitannya itu, hadirlah secercah mentari surga lewat sesosok gadis remaja bernama Laila yang kelak akan mengubah kehidupan Mariam.

Pengaruh Novel A Thousand Splendid Suns dalam Kehidupan Saya

Pertama kali saya menemukan novel itu di Language Access Centre di kampus saya, saya tidak pernah mengira bahwa novel tersebut akan mempengaruhi kehidupan saya. Awalnya hanya saya baca dan saya nikmati alur ceritanya, namun lambat laun pikiran saya mulai dipenuhi oleh bayangan-bayangan menyedihkan tentang bagaimana kerasnya kehidupan dua tokoh utama dalam novel tersebut. Karena bagaimanapun juga, saya pernah mendapat kuliah Theory of Literature, di mana saya mempelajari teori tentang bagaimana sebuah karya sastra memiliki hubungan dengan penulisnya maupun dengan keadaan sosial masyarakat di mana karya sastra tersebut di tulis. Jadi, sangat sulit bagi saya untuk sekedar membaca dan mengabaikan begitu saja bagian-bagian menyedihkan yang dialami oleh tokoh utama dalam novel tersebut.

Hati saya berbisik bahwa novel ini bukan sekedar fiksi, tetapi novel ini memiliki hubungan dengan keadaan sosial masyarakat di Afghanistan. Lalu mulailah saya browsing tentang Afghanistan untuk memenuhi rasa penasaran saya, lebih spesifik lagi tentang peran perempuan di negeri yang terletak di kawasan timur tengah tersebut. Terasa begitu miris ketika saya mengetahui bahwa kisah hidup dua tokoh utama tersebut tidaklah jauh-jauh dari kenyataan yang ada di Afghanistan, terlebih lagi di masa pemerintahan Taliban. Dari sudut pandang saya (yang menjunjung tinggi persamaan hak asasi antara perempuan dan laki-laki) saya tidak setuju jika perempuan kehilangan hak untuk bersekolah dan mendapatkan pelayanan yang layak dalam dunia kesehatan, seperti yang terjadi pada Laila, dan lebih tidak setuju lagi jika perempuan dianiaya secara mental dan fisik oleh suaminya sendiri, seperti yang dialami oleh Mariam.

Dari sinilah saya mulai terpanggil untuk memberikan novel tersebut arti dalam hidup saya dengan mengangkatnya dalam skripsi saya. Bermodalkan keyakinan, saya mencari-cari teori yang nampak cocok untuk mengkaji novel tersebut. Dari sekian teori yang cocok dengan novel tersebut, saya memilih feminisme (lebih spesifiknya adalah power feminism) sebagai acuan kajian saya karena lebih sesuai dengan sudut pandang saya.

penampakan orang yang berjasa membantu saya
Menemukan buku tentang power feminism bukanlah hal yang mudahSaya sudah memastikan bahwa tidak ada buku tentang salah satu cabang feminisme tersebut di Language Access Centre di kampus saya sebelum akhirnya saya mencari buku tersebut di toko-toko buku online (saya tidak mencari ke kampus-kampus lain, karena malas). Setelah browsing-browisng, akhirnya saya menemukan buku yang saya yakin sesuai dengan kebutuhan saya itu di sebuah toko buku online di Amerika Serikat. Karena toko bukunya berada di benua lain yang letaknya jauh dari Indonesia, banyak yang saya pertimbangkan sebelum membelinya, diantaranya adalah harga buku, keadaan buku, dan waktu yang dibutuhkan untuk shipping.
penampakan buku bekas yang saya beli dari AS

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya membeli dua buku yang berjudul Fire with Fire karya Naomi Wolf dan Oppression, Privilege, & Resistance oleh Lisa Heldke Peg O'Connor, yang keduanya adalah buku bekas (harga lebih murah dan keadaan masih bagus). Kesulitan tidak selesai di sini, karena pembelian secara online seperti ini membutuhkan alat pembayaran berupa Paypal yang saya tidak punya, kemudian kesulitan berlanjut pada shipping barangnya, mengingat toko buku tersebut tidak menjual barang ke Indonesia, jadi ada kerumitan lagi yang harus saya hadapi di sini. Dan sangat bersyukur, ada orang yang sangat berjasa dalam membantu saya mendapatkan buku ini pada akhirnya, meski waktunya cukup lama, hampir sekitar dua bulan. 

Setelah kedua buku tersebut ada di tangan saya, begitu juga dengan novel A Thousand Splendid Suns, mulailah saya membuktikan bahwa apa yang terkandung dalam novel tersebut sesuai dengan teori tentang penindasan seperti yang tercantum dalam buku Oppression, Privilege, & Resistance dan teori tentang kekuatan perempuan seperti yang dijelaskan dalam buku Fire with Fire. Dalam hati saya bersyukur karena Khaled Hosseini membuat ending yang begitu indah, yaitu ketika Mariam mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Laila dengan membunuh Rasheed. Meskipun harus dipenggal sebagai hukuman, Mariam tetap berdiri tegar dan tak menyesali perbuatannya semata-mata karena cintanya pada Laila yang telah membuat hidupnya bermakna. Apa yang dilakukan Mariam tersebut sangat sesuai dengan teori power feminism dan sudut pandang saya, karena pada dasarnya perempuan memiliki kekuatan untuk menentukan sendiri nasibnya.


Lalu timbulah sebuah pemahaman mengapa Khaled Hosseini memberi judul novel tersebut A Thousand Splendid Suns dan mengutip dua baris ini dalam novelnya,
  One could not count the moons that shimmer on her roofs
  And the thousand splendid suns that hide behind her walls
penampakan saya
Mungkin baris itu sebenarnya menjelaskan tentang masyarakat di Kabul kala itu, "moons" (bulan-bulan) mewakili para laki-laki yang kehadirannya menambah keindahan Kabul, sementara "a thousand splendid suns" (seribu matahari surga) merupakan metafora dari perempuan-perempuan di Kabul, yang bersembunyi di balik dinding rumah mereka, namun meskipun begitu mereka tetap memberikan kehangatan.

Kesimpulan


Dan akhirnya, kesimpulan akhir saya adalah, perempuan itu indah karena memberikan kehangatan dengan kasih sayang mereka, namun jangan meremehkan kekuatan mereka, karena mereka juga mampu menggunakan kekuatan itu untuk menentukan nasib mereka sendiri, kekuatan apa itu? Cinta.

1.4.13

Out of sight, out of mind. Tak kenal maka tak sayang, pepatah itulah yang tepat untuk menggambarkan perasaan saya terhadap lagu-lagu dari sebuah negeri yang mendapat julukan Negeri Ginseng. Bagi saya, mendengarkan lagu berbahasa asing itu bukanlah hal yang menyenangkan jika sama sekali tak mengenal bahasanya, apalagi sepatah kata pun tidak. Hal tersebutlah yang membuat saya tidak ikut terseret "Korean Wave", karena simpel saja, saya tidak mengenal bahasa Korea. Berbeda dengan lagu-lagu berbahasa Inggris dan Jepang (banyak yang saya suka), lagu-lagu berbahasa Korea terdengar lebih seperti orang menggumam tidak jelas, (sekali lagi, itu karena saya tidak mengenal sepatah kata pun dari bahasa Korea) sedangkan lagu berbahsa Inggris dan Jepang, masih ada kata-kata yang dapat saya tangkap dan sedikit banyak paham artinya. 

Namun belakangan ini saya jatuh cinta pada sebuah lagu yang notabenenya lagu Korea. Sebenarnya saya tidak tahu versi aslinya, karena saya mengenal lagu itu ketika dibawakan secara instrumental dalam sebuah video di youtube.com, oleh seorang violinis berdarah Korea yang telah lama menetap di Amerika Serikat. Lagu yang indah itu merupakan sebuah original soundtrack  dari sebuah serial drama berjudul "The Moon That Embraces the Sun".

Entah seperti apa versi asli dari lagu itu, namun saya menangkap sebuah ke-mellow-an dalam lagu tersebut yang ironisnya, terdengar indah dan membuat saya jatuh cinta. Saya dengarkan berulang-ulang, dan tetap saja terdengar indah. Lalu saya bertanya pada diri saya sendiri, "apakah saya akan jatuh cinta pada lagu ini jika saya mendengarkan versi aslinya yang tentu saja akan berbahasa Korea?". Pertanyaan yang masih menjadi misteri hingga note ini selesai saya tulis.



31.3.13

Bapak dan Ibu
Pada suatu hari, ada seorang gadis gendut sedang membantu neneknya membuka toko, sementara di seberang jalan, ada seorang pria muda yang juga sedang sibuk membuka toko milik juragannya. Pria itu sebelumnya tidak pernah melihat ada seorang gadis gendut di toko seberang, maka dia pun memperhatikan gadis gendut itu selama beberapa detik. Di saat yang sama, gadis gendut itu penasaran dengan pria yang tampak berdiri mematung di toko seberang jalan itu, maka ia pun memutuskan untuk sejenak mengamati pria muda itu, dan di sinilah semuanya dimulai.

Berawal dari sebuah tatapan mata, kedua insan ini saling jatuh cinta. "Pria itu tampan sekali," pikir gadis bernama Wartini itu. "Wah, gadis itu benar-benar gendut dan imut, " batin pria muda yang bernama Kamsi itu. Dan begitulah awal kisah cinta mereka di mulai, lebih dari 30 tahun silam.

Hari ini, mereka berdua memang sudah tidak muda lagi, namun mereka masih saling mencintai dan mengasihi, setiap Senin, Selasa, Rabu Kamis, hingga Jum'at, Sabtu, dan Minggu, dan seterusnya.

30.3.13




You taught me how to forgive,

You taught me how to say sorry,
You taught me how to trust, and
You taught me how to smile again... :)

You came in all of sudden when my heart was broken.
When I was hopeless and breathless,
when I was going to end my life,
You came to my way and touched the broken part of my heart,
then it wonderfully healed...
I felt alive once more time....

I opened my eyes,
I wiped my tears,
and I woke up.
It was a new dawn of my life.
28.3.13

Merenungi kata-kata bijak dari orang-orang bijak, meskipun sebagian ada yang anonim, tetapi layak direnungkan (selama tidak menyesatkan). 
  • Yang terpenting dalam kehidupan bukanlah kemenangan, tetapi bagaimana bertanding dengan baik. Barron Pierre De Coubertin
  • bukan karena kerasnya pukulan ke 100 yang memecahkan batu, tapi karena ke 99 pukulan sebelumnya (Pepatah China)
  • Pemenang bukannya tak pernah gagal, tetapi tidak pernah menyerah (unknown)
  • Dalam hidup perlu kegagalan, tanpa gagal kita tidak akan pernah merasakan keberhasilan (Gi@nT)
  • Sesuatu akan tampak mustahil bila kita belum melakukannya, tetapi kita baru yakin setelah kita menyelesaikan dengan baik. (unknown)
  • Tuhan memberi kita ikan, Tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya (unknown)
  • Kita tidak pernah mengetahui cinta orang tua, sampai kita sendiri menjadi orang tua. (unknown)
  • Dari penyebabnya, orang gagal dibagi menjadi dua: 1. orang yang berfikir tetapi tidak bertindak, 2. orang yang bertindak tetapi tidak pernah berfikir. (unknown)
  • yesterday is a canceled check, tomorrow is a promissory note, today is only cash u have, so spend it wisely! (noname)
  • kita ditindas hanya kalau kita biarkan itu terjadi. (noname)
  • hanya ada 2 cara untuk menjalani hidup:1. anggap keajaiban itu nggak ada2. anggap segala hal yang ada, adalah keajaiban (noname)
  • hanya karna kamu buta dan tidak busa melihat kecantikanku, bukan berarti itu tidak ada. (noname)
  • ”Ketahuilah, hal-hal terindah di dunia ini terkadang tak bisa terlihat dalam pandangan atau teraba dengan sentuhan; mereka hanya bisa dirasakan dengan hati.” Helen Keller, Penulis Tunawicara-Netra AS (1880–1968)
  • Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima. Ivan Panin, Matematikawan Rusia (1855–1942)
  • Belajar bagaimana cara belajar adalah keahlian terpenting dalam hidup.Tony Buzan, Penemu Metode Mind Mapping
  • Jangan pernah menyesal setelah Anda mengungkapkan suatu perasaan. Karena jika demikian, Anda sama saja menyesali kebenaran. Benjamin Disraeli, Mantan PM Inggris-Novelis
  • Percaya diri adalah esensi dari sikap kepahlawanan. Ralph Waldo Emerson, Filsuf-Penulis (1803–1882)
  • Pola pikir kita sering kali menipu. Kita jadi memandang segala sesuatu berdasar apa yang telah diinstruksikan pikiran ke mata. Prof Muhammad Yunus, Peraih Nobel Perdamaian 2006
  • Menjadi seorang bahagia adalah dengan menghargai dan mencintai apa yang Anda punya; bukan apa yang tidak Anda punya. Woody Allen, Komedian- Aktor- Produser AS
  • “Ketika kekuatan akan cinta melebihi kecintaan akan kekuasaan, maka dunia pun menemukan kedamaian.” Jimi Hendrix, Gitaris Rock AS
  • Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian. Henry van Dyke, Pujangga AS
  • Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kau rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya. Lance Armstrong, Mantan Atlet Balap Sepeda AS
  • Hidup itu sangat menarik. Karena pada akhirnya, kepedihan-kepedihan terdalammu akan berujung menjadi kekuatan terbesarmu. Drew Barrymore, Aktris Hollywood

Life is only a sip of journey.... (bahasa jawanya "Urip iku mung mampir ngombe") so why should we spend it uselessly...???  let's find the answer....

27.3.13
A new cute young sensei inspired me to write this acrostic poem when I was in the fifth semester. Now, I just want to laugh recalling that stupid memory :D

Baihaqi
Born to be a good man
Always looks cool every time
In his silence he charms everyone
Handsome but not arrogant
Admirable and adorable
Quarrelsome is not his character
Idealistic in doing everything


26.3.13

Wahai Hari Esok, mengapa tampak begitu mengerikan wajahmu?

Apakah memang seseram itu wujud aslimu?
atau hanya aku yang terlalu takut menghadapimu?

Aku diberitahu oleh Pikiran Baik yang bertamu pada Hari Ini, bahwa mungkin saja kau akan lebih ramah dan lebih sopan padaku jika aku tidak mengijinkan Kekhawatiran menjemputmu....
Dia juga bilang, bahwa aku harus menjemputmu bersamanya agar Cemas dan Prasangka tak mengusik kedatanganmu.
Pikiran Baik memang bijak, dia memberi saran yang membuatku senang berkenalan dengan Optimis.

Tetapi, Hari Kemarin masih menakut-nakutiku dengan taring tajamnya yang siap mengoyak-ngoyak perasaanku seperti ketika dulu ia menyakitiku. Ia bilang bahwa kau juga memiliki taring yang setajam miliknya.

Aku beringsut, mencoba menjauh dari Hari Kemarin, tetapi aku juga enggan mendekatimu wahai Hari Esok.

Pikiran Baik sedang lelah rupanya, ia tertidur di dalam pelukan Lamunan.

Jadi, siapa yang akan menguatkan aku untuk bertemu Hari Esok jika Pikiran Baik ku sedang tertidur sementara Hari Kemarin ku masih membayang-bayangiku dengan kesakitan?

Menjelang Pagi dalam Keresahan.

I wish we had another time... I wish we had another place... Potongan lirik lagu Stuck in The Moment milik Justin Bieber ini masih terngiang-ngiang di telinga saya, membawa ingatan bagaimana lagu ini pernah menemani masa-masa penuh kegalauan saya.

Lagu Stuck in the Moment dan Sad Love Stories
Seorang teman pernah berkata bahwa lagu ini terdengar ceria. Memang, terlepas dari liriknya, lagu ini memiliki musik yang ceria. Namun, sesungguhnya lagu ini menceritakan tentang sad love story si penyanyi, di mana dia tak dapat bersama perempuan yang dia cintai. Selain itu, dalam lagu ini juga disebutkan beberapa nama tokoh yang memiliki kisah cinta yang senada. Berikut adalah tokoh-tokoh yang ada di dalam lagu Stuck in the Moment beserta kisahnya:

1. Romeo & Juliet 
Bersetting di Verona, Romeo dan Juliet adalah dua sejoli yang saling jatuh cinta pada pandangan pertama di sebuah pesta dansa yang diadakan oleh keluarga Juliet. Namun, cinta mereka yang menggebu-gebu itu terhalang oleh keluarga mereka yang telah lama saling berseteru.
Bukan itu saja, rintangan semakin besar ketika Romeo harus hidup di pengasingan karena telah membunuh sepupu Juliet. Romeo membunuhnya bukan tanpa alasan, karena Tybalt, sepupu Juliet, adalah yang lebih dulu menyulut pertikaian. 
Sementara Romeo diasingkan, Count Paris, saudara pangeran Verona yang telah mengasingkan Romeo, berniat menikahi Juliet.
Tak ingin menyerah pada keadaan, Juliet meminta bantuan Frater Lawrence, di mana Juliet mendapatkan obat tidur yang membuatnya 'tewas' selama 42 jam. Lalu ia menitipkan pesan untuk Romeo tentang rencana kematian palsunya itu dan agar mereka dapat bertemu setelah ia terbangun. Namun naas, karena sang pembawa pesan tak berhasil menemukan Romeo. Sebaliknya, Romeo justru mendapatkan berita dari pelayannya bahwa Juliet telah meninggal.
Sedih dan patah hati, Romeo pun membeli racun dari seorang apoteker. Bersama racun dalam genggamannya, ia datang melayat Juliet. Ia menenggak racun itu sesaat sebelum Juliet terbangun. Ketika Juliet telah terbangun dan melihat Romeo tewas, ia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan pisau. What a tragedy.

2. Bonnie & Clyde
Bonnie Elizabeth Parker (1910–1934) dan Clyde Chestnut Barrow (1909-1934) adalah sepasang suami istri kriminal dan perampok yang semasa hidupnya selalu bersembunyi dari kejaran polisi. Mereka aktif berkeliling Amerika Serikat selama masa Kesuraman Besar bersama geng mereka.
Mereka sering merampok bank, toko-toko, dan pom bensin yang kala itu masih langka. Selain itu, mereka juga telah membunuh kurang lebih 9 polisi dan beberapa orang. Namun naas menimpa mereka di tahun 1934, ketika mereka dikepung polisi di Lousiana dan terbunuh di sana. Mereka memang dua sejoli yang saling bahu membahu, dan susah senang bersama, namun sayangnya mereka berada di jalan yang salah. Kasihan ya?


Saya baru nonton film Jepang berjudul "Closed Note" (クローズド・ノート). Film yg sangat mengharukan (atau mungkin malah sejenis menyedihkan)..... T.T

Film yang disutradarai oleh Isao Yukisada tersebut mengisahkan dua hati yang saling mencintai, Takashi (Yusuke Iseya), seorang ilustrator, dan Ibuki (Yuko Takeuchi), seorang guru SD yang baru memulai karirnya di sebuah sekolah, namun keduanya tak memiliki keberanian untuk saling mengungkapkan cinta masing-masing. Hanya diam dan menikmati persahabatan yang telah lama mereka jalin.

Hingga akhirnya Ibuki meninggal dalam sebuah kecelakaan. Jadilah cinta itu tak tersampaikan dan menjadi rahasia abadi Ibuki hingga ajal menjemputnya. Karena film ini memiliki alur maju-mundur, jadi ada satu tokoh penting yang menjadi kunci utama terungkapnya rahasia cinta Ibuki yang telah terkubur di masa lalu, yaitu Kae Horii.


Kae
Kae adalah seorang mahasiswa yang juga ingin menjadi Guru SD, dengan sangat kebetulan dia adalah penghuni baru apartemen yang dulu ditinggali Ibuki, dan begitulah cerita ini dimulai: Kae menemukan buku harian Ibuki (dan dengan otomatis dia penasaran lalu membacanya).

Seorang laki-laki tiba-tiba muncul di toko pena tempat Kae bekerja part time, yaitu Ishitobu Ryu, yang mencari sebuah pena yang licin ketika dipegang (aneh-aneh sekali permintaannya). Begitulah perkenalan itu dimulai dan Kae pun akhirnya jatuh hati pada Ishitobu.

Ketika akhirnya Kae akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan perasaanya pada Ishitobu, Kae harus menerima kekecewaan karena Ishitobu menolaknya. Ishitobu mengatakan bahwa dia telah memiliki seseorang di hatinya, dan dia tak mampu menggantikannya dengan siapapun. Kae patah hati. 

Di akhir cerita, Kae akhirnya mengetahui bahwa Ishitobu Ryu sebenarnya hanyalah sebuah nama pena. Ishitobu adalah orang yang selama ini dia kenal lewat tulisan Ibuki di buku hariannya sebagai Takashi. Kebenaran yang amat mengejutkan untuk Kae.


buku harian Ibuki
Di hari pembukaan pameran seni Takashi, Kae datang dan membacakan halaman terakhir buku harian Ibuki di depan semua orang yang hadir, termasuk Takashi sendiri. "Kebahagiaan terbesarku adalah jika aku bisa tinggal di sisimu dan diam-diam melindungimu" adalah kalimat terakhir yang ditulis Ibuki dalam buku hariannya sebelum dia mengalami kecalakaan maut itu.

Takashi menangis sejadi-jadinya ketika akhirnya dia mengetahui perasaan Ibuki yang sebenarnya, namun semuanya telah terlambat. Ibuki selamanya tak akan kembali untuk mendengarkan Takashi mengungkapkan perasaannya.

Film itu mengajarkan bahwa mencintai seseorang memang kadang tak harus memiliki, meskipun sesungguhnya sangat ingin memiliki. Tetapi, yang lebih penting adalah, kita harus memberi tahu orang yang kita cintai tentang perasaan kita, karena kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok. 
8.2.13
Dear Confidence,

I have lost sights of you for years, simply because I was too busy worrying about my future most of the time. During your absence, I have been totally a coward who didn't dare to walk even a single step. I have been hiding in a cave of distrust, the cave of those who trust no one, not even themselves. The cave brought me a  darkness, and I let the darkness cover my eyes. Then my future began to blur and fade.
Confidence, I need you to get out of this cave, for I know that I will lose my dreams if I stay here forever. I need you to trust myself, to trust people, and to trust my future. 
7.2.13
Nothing is more beautiful than dreams. Nothing is easier than dreaming. Nothing is cheaper than dreaming. But don't ever think that dreams are nothing, for dreams lead you to something. Eleanor Rooselvelt said, 
The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.
It means that people who have futures are those who have dreams. People are dreamers, they dream all the time, about their lives in the future. But not all of them believe in what they dream about. Some would think that their dreams are too high to chase, but some would do everything to make their dreams to be true. Those who do everything to make their dreams come true are those who hold their futures.


All dreamers are free to decorate their own dreams with anything they long for. But it does not mean that bringing their dreams to reality will cost them nothing. They have to struggle, suffer, and fail. As all dreamers are human, it is natural to feel a bit down, but true dreamers are those who feel down but go on. True dreamers will keep on struggling, over and over, although failures get in the way. True dreamers are not afraid of being failed, but they are afraid of losing their dreams if they stop struggling.

I'm a dreamer. I long to be a book translator one day.  

Dear Dreams,

You may be hidden somewhere, but I'm chasing you.